Pertikaian Syahdu 'Ali dan Fathimah
Pernikahan tak hanya sekadar pelafalan sumpah setia dalam suka dan duka antara seorang mempelai laki-laki di depan wali, penghulu dan para saksi. Melainkan sebuah perjanjian berat di bawah naungan Allah Azza wa Jalla yang diamini oleh para malaikat dan menggetarkan langit 'arsy-Nya.
Bahkan Ibn Taimiyyah berkata, "Seluruh ketaatan kepada kedua orangtua kini berpindah kepada suami sehingga tidak ada lagi ketaatan istri kepada kedua orangtuanya. Sebab, ketaatan kepada orangtua adalah karena kekerabatan, sedangkan ketaatan kepada suami adalah karena ikatan pernikahan."
Hal ini sesuai dengan percakapan antara ibunda kita 'Aisyah radhiallahu anha bersama kekasihnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Beliau bertanya tentang siapa yang lebih berhak dipatuhi oleh perempuan. Rasulullah SAW menjawab, "Suaminya." Kemudian, beliau bertanya lagi tentang siapa yang lebih berhak dipatuhi dan ditaati laki-laki. Rasulullah SAW menjawab, "Ibunya." (HR Al-Bazzar dan Al-Hakim)
Hadits ini menyiratkan agar seorang istri mengetahui bahwa suami memiliki hak yang lebih besar yang harus dipenuhinya secara khusus daripada kedua orangtuanya. Apabila para perempuan khususnya para istri menyadari akan hak-hak ini, diharapkan dapat menjadi benteng pernikahan dan menjadi hujjah bagi keduanya tuk mereguk surga bersama.
Ibn Al-Jauzi berkata, "Tidak sepantasnya kedua orangtua dan seluruh keluarga istri menuntutnya agar lebih mengutamakan mereka. Ia harus lebih mengutamakan suaminya. Hal ini ditegaskan oleh Pembuat Syariat (Allah). Karena itu, berhati-hatilah dalam masalah ini."
Sebagaimana indahnya akhlak pernikahan antara ibunda 'Aisyah dan Rasulullah. Hal ini tercermin pula pada pertikaian syahdu antara putri beliau, Fathimah r.a dengan 'Ali r.a. Dikisahkan dari 'Amr ibn Sa'id, satu ketika, karena kemarahan 'Ali padanya, Fathimah berkata, "Demi Allah, aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah." Fathimah pun bergegas menemui Rasulullah sedangkan 'Ali mengikutinya dan diam-diam mendengarkan percakapan mereka.
Mendengar pengaduan putrinya mengenai kemarahan 'Ali, beliau pun bersabda dengan lembutnya, "Wahai Putriku, perhatikan, dengarkan dan renungkan! Seorang istri harus bisa memberikan kesenangan pada suaminya." Seketika itu pula, 'Ali pulang dan berkata, "Demi Allah, aku tidak akan melakukan lagi sesuatu yang tidak disukainya." Begitupula Fathimah, dengan ketulusan seorang istri yang mengharap ridho suaminya ia pun berkata, "Demi Allah, aku tidak akan melakukan sesuatu yang tidak disukainya untuk selamanya."
Begitulah manisnya hidup dan berkehidupan bersama Islam apabila seluruh pribadi melakukan segala sesuatu berlandaskan ruh Ketuhanan. Orangtua berperan sebagai pendidik yang memberitahukan kepada anak perempuannya tentang hak-hak suami; seorang istri menyadari bahwa pelayanan terbaik haruslah ia berikan kepada suami hingga akhir hayatnya; dan tentu saja seorang suami pun harus mampu bersikap lemah lembut dan memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami. Semoga surga sebelum surga mampu dicicipi oleh keduanya.
sumber : inilah.com
Pertikaian Syahdu 'Ali dan Fathimah
Reviewed by henry
on
02.49
Rating:
Tidak ada komentar: